Pesticides

According to FAO’s reports, in the world has exceedingly reached 70,000 kinds of pesticides. Every year around 1,500 new pesticides are found to wait form a marketing license.

On the one hand, we need to increase the food production. On the other hand we need to ensure farmer’s health and environment preservation.

-This is the function of several kinds of pesticides :

  1. Insecticides     : to control insect
  2. Fungicides       : to control fungi
  3. Herbicides       : to control weeds
  4. Bactericides    : to control bacteria
  5. Rodenticides   : to control rodents
  6. Nematicides    : to control mollusks

Insecticides are the kind of pesticide which are mostly used by farmers.

The excessive use of pesticides will bring about negative effect, especially on human health and environment. Pests using pesticides, exposed objects are not only pests but also the adjancent objects.

There are many case about it. It’s impossible to totally reducethe negative effectof pesticides. The best solution is to minimize the negative effect by using pesticides proportionally.

The case of pesticides application

 -Many bird that feed on insect die because of the accumulated insecticide residues in their preys. This kind of extermination caused by insecticide residue also happens to bat and other big birds of prey, such as eagles, hawks, owls and egrets. The dwinling number of bird is also caused by mortality level of the birds’ offsprings. Birds contaminated by polychlorinated biphenylnpesticides will produce eggs with thin shells. The abnormal thickness of eegs’ sheels affect the chick’s survival.

-The parents that spray pesticides (insecticides) in the house regularly, their children 3.8 times have possibility to have blood cancer and leukimia then, children that live in the house that rarely sprayed by pesticides (insecticides).

Menghidupkan Kembali
Hewan Punah

Pernahkah anda mendengar nama Thylacine, sejenis harimau marsupial pemakan daging dari Tasmania?

Hewan unik tersebut adalah hewan yang tidak akan pernah kita lihat lagi di masa sekarang. Kepunahan Thylacine akibat eksploitasi berlebihan dari manusia 100 tahun yang lalu.

Beberapa dekade yang lalu para ilmuwan menyangsikan bahwa binatang-binatang punah itu dapat dihidupkan kembali. Dan banyak ilmuwan yang kemudian mentertawakan Steven Spielberg karena menganggap membuat ‘teori konyol’ dalam filmnya yang berjudul Jurassic Park. Tapi kini para ilmuwan mungkin akan berpikir ulang terhadap ‘teori konyol’ Spielberg

 Proyek membangkitkan kepunahan

          Sekitar tahun 2010 lalu saya membaca dari sebuah jurnal sains terbaru dari para ilmuwan Australia, bahwa mereka sedang mengadakan uji coba ‘menghidupkannya kembali’ Thylacine yang telah diawetkan selama lebih dari 80 tahun.

Kepunahan Thylacine berawal dari hobi berburu para orang Eropa yang bermigrasi ke Australia. Thylacine yang terakhir yang tercatat ialah pada tahun 1833, kemudian dibawa ke Inggris dan dipamerkan di kebun binatang London hingga kematiannya.

Sebelum Thylacine terakhir mati beberapa ilmuwan sudah berpikir bahwa kepunahan binatang unik ini akan segera tiba, dan mereka pun mengawetkan beberapa anak Thylacine yang ada, berharap suatu hari akan berguna untuk penelitian. Dan 180 tahun kemudian para ilmuwan dari Australia menggunakannya untuk berusaha ‘menghidupkannya kembali’.

 BAGAIMANA CARANYA ?

          Pada awal artikel tadi saya sudah mengungkit tentang ‘teori konyol’ Steven Spielberg yang dalam filmnya menggunakan DNA dalam darah dinosaurus yang tersimpan rapi dalam tubuh nyamuk yang menghisap dinosaurus tersebut. Memang mustahil menemukan darah utuh hewan yang telah punah, apalagi jutaan tahun. Tapi justru dalam film tersebut para ilmuwan lebih mentertawakan teori merangkai kembali DNA, yang secara prakteknya membutuhkan penelitian yang amat lama dan berbiaya super besar. Diperkirakan butuh waktu bertahun-tahun dan biaya jutaan dolar untuk melengkapi DNA hewan yang telah punah.

Tentunya para ilmuwan Australia harus banyak berterima kasih terhadap jasa ilmuwan terdahulu yang telah mengawetkan anak Thylacine, sehingga didapatkan DNA yang utuh. Setelah mendapatkan DNA utuh, para ilmuwan tinggal menyusunnya menjadi kromosom yang masing-masing panjangnya jutaan DNA!! Kemudian bungkus kromosom dengan membran buatan, dan jadilah sebuah sel Thylacine.

Setelah sel didapatkan, kemudian dibutuhkan ‘induk angkat’ untuk merekayasa sel Thylacine tersebut. Sel tersebut kemudian akan dirangsang dengan rangsangan kimiawi atau rangsangan elektrik agar sel dapat membelah. Setelah sel membelah sel kemudian harus segera dimasukkan ke dalam uterus ‘induk angkat’ dan berharap terjadi kehamilan agar segera lahir anak Thylacine. Metode ini mirip dengan metode kloning domba Dolly.

PERMASALAHAN

Familia Thylacinidae secara keseluruhan sudah dinyakatan punah! Hewan terdekat dengan Thylacine adalah hewan marsupial dari familia Dayusridae, seperti Tasmanian Devil atau Numbat. Kemungkinan berhasil untuk mengembangkan sel Thylacine di dalam tubuh hewan-hewan tersebut semakin kecil, dan para ilmuwan sangat enggan mengambil resiko kegagalan yang memakan biaya sangat besar.

Hanya satu hal yang saya pikirkan jika proses itu berhasil, yaitu apa manfaat Thylacine itu? Karena hanya akan lahir seekor Thylacine muda yang bisa jantan atau juga betina. Apa gunanya seekor binatang tanpa pasangannya? Hanya untuk tontonan semata? Sedangkan ia pasti akan merana hidup sendiri di dunia ini.Allah menciptakan manusia, hewan, dan tumbuhan kebanyakan berpasang-pasangan. Semuanya diciptakan untuk saling berkembang biak dan saling bermanfaat satu sama lainnya. Membangkitkan hewan yang telah punah hanya dari satu jenis kelamin saja adalah melanggar fitrah yang telah diciptakan oleh Yang Maha Kuasa.

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.

[QS. Adz Dzaariyaat (51) : 49]

Saya jadi teringat perkataan seorang ilmuwan genetik yang berkata seperti ini :

“Jika kita berhasil mengkloning binatang yang telah mati, maka kita juga dapat mengkloning nenek kita yang telah mati. Tapi apakah kita benar-benar ingin menghidupkan nenek kita yang telah mati?”

Mendengar perkataan ilmuwan itu saya kemudian teringat sebuah ayat berikut ini :

“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).”

[QS. Az-Zumar (39) : 30]

The Legend of the mountain of Tangkuban Perahu

Once upon a time, in Pasundan land, West Java, there was a beautiful woman who was actually a beautiful heavenly goddess. Her name was DayangSumbi. She lived in a hut at the forest with her faithful dog, Tumang.

One day , while weaving cloth, she lost one of the tools. Being tired of looking for it everywhere, DayangSumbi said to herself. “Anyone who can find my lost tool and give it back to me, if he is male, I”ll make him a husband and if she is female, I”ll make her a sister”. To her shock, Tumang found the tool and returned it to her. Unavoidably, DayangSumbi had to fulfill her own promise to marry Tumang, who was once a man who had been cursed by an evil witch into a dog.

It so happened that DayangSumbi bore a baby son and named it Sangkuriang. Sangkuriang grew into a healthy teenager who liked hunting animals in the forest. DayangSumbi never told Sangkuriang that Tumang was his father.

One day, Sangkuriang and Tumang hunted for a deer in the forest. Soon they met a boar. Sangkuriangwondered , “why isn’t there any deer today? But I think a boar will not make any difference”. Sangkuriang shouted at Tumang, “go and fight the boar. Kill it for me!”.

To his surprise ,Tumang didn’t kill the boar because the boar was actually DayangSumbi’s mother. The boar went away safely. This made Sangkuriang so furious that the killed Tumang. Then , he took out the dog’s heart and gave it to DayangSumbi. Having eaten the heart, DayangSumbi  askedSangkuriang, “By the way, where is Tumang? I haven’t seen him since you came back from  hunting”. “Mother,” replied Sangkuriang softly. “I killed Tumang for his disobedience. The heart that you ate was really Tumang’s heart.”

“You! You are an ungrateful child!” cried DayangSumbi hitting a soup ladle onto Sangkuriang’s head violently until his head was bleeding. “Get out of my face, you murdered. How dare you killed your own father. You are an useless son!”.

Bleeding on the head, Sangkuriang ran away into the deep forest and up to the hill. Years passed by, Sangkuriang turned into a handsome and a skillful hunter. He had forgotten all his bitter past because he had lost his memory. He even forgot about his name.

One day, Sangkuriang met a beatiful women in the forest with whom he fell in love. The women wasDayangSumbi, who could not grow old as she was a goddes. Sangkuriang did not recognize her own mother, but DayangSumbirecognizeSangkuriang from the old scar on his head.

Depply in love, Sangkuriang proposed her to marry. To avoid the forbidden marriage between a mother and a son, DayangSumbi asked him to make a man made lake and a boat in one night as a weeding gift for her. With the help of the unseen creatures from the forest, Sangkuriang built the lake and the boat.

DayangSumbi knew about it and she outwitted Sangkuriang, so that the work was not completely done. Knowing this, Sangkuriang was so angry that kicked the boat and the boat turned upside down. It became the mountain of TangkubanPerahu in West Java.